Selasa, 11 Desember 2012
Aku terlahir dari pasangan mandor PERHUTANI RPH Sudomorogeneng BKPH Bagor KPH Nganjuk
ku terlahir dari pasangan mandor Perhutani dan tinggal di tengah hutan KRPH Sudimorogeng BKPH Bagor KPH Nganjuk.
Tepatnya aku lahir di magersaren Asem Cilik, yaitu sebuah tempat yang ketika itu bermukim sekitar 10 kepala keluarga.
Tanah yang luasnya sekitar satu hektar tersebut adalah milik Perum Perhutani yang untuk sementara boleh ditempati warga.
Terutama adalah diperuntukkan bagi mandor (polisi hutan atau yang setingkat) tetapi juga masyarakat lain yang bermitra
dengan Perum Perhutani.Secara geografis Asem Cilik berada di 2 km sebelah selatan ds. Ngadipiro dan 2 km sebelah utara
ds Sudimoroharjo dan di kelilingi hutan jati dan angsana yang lebat ketika itu.
Saya lahir bulan-bulan akhir tahun 1972 yang tanggal dan bulan pastinya tidak tahu karena surat kenal lahirpun tak ada.
Dari pasangan Bp.Jaenuri dan ibu Katiyem saya merupakan anak ke 2 atau yang terakhir.Saya punya 3 kakak lain sebapak.
Ayah saya berasal dari Sawahan Nganjuk sedangkan embok (panggilan untuk ibuku) dari Badur ledok Winong Gemarang Madiun.
Bapakku sebagai mandor tanam di Perhutani sedangkan embok biasa jualan makanan di pasar.Ada jenang, samplok dan lainnya.
Untuk mendapatkan air kami harus ke sungai widas yang berjarak sekitar dua kilometer arah barat Asem Cilik.
Di depan rumah kami ada akses jalan yang menghubungkan antara kecamatan Wilangan dan Sawahan.
Saya kurang tahu kondisi jalan itu sebelumnya, seingat saya ketika umur saya sekitar empat tahun ada proyek makadam.
Pada usia menjelang 7 tahun aku masuk sekolah di SDN Nampu V yang ada di dusun Srampang Mojo, Ds.Nampu Kec.Gemarang.
Meski aku tinggal di wilayah Nganjuk, tetapi harus bersekolah di wilayah Madiun yang berjarak 3 km,itupun yang terdekat.
Ada sebuah kejadian lucu ketika akan foto untuk raport, saya sempat diusir oleh seorang guru,dikira anak sedang bermain,
karena tubuhku yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan teman-teman lain.Untung ada kakakku yang menjelaskan pada guru.
Untuk sampai ke sekolah saya,kakak dan teman-teman lain harus berjalan kaki dan menyeberangi sungai widas yang merupakan
batas yang memisahkan antara kabupaten Nganjuk dan kabupaten Madiun.Ketika itu belum ada jembatan seperti sekarang.
Dan apabila musim hujan dan sungainya banjir, terpaksa kami tidak masuk sekolah.
Dan Alhamdulillah di sekolah (maaf nyombong dikit) selalu ranking 1.
Mungkin karena pertimbangan itulah pada saat awal naik kelas 2 oleh ibu Asringah, guruku ditunjuk sebagai ketua kelas.
Saya sebagai ketua kelas berlanjut sampai awal kelas empat sampai akhirnya aku harus pindah sekolah mengikuti orang tua.
Saya pernah mewakili lomba praktek sholat di Mundu ketika kelas 3, saat itu dibonceng oleh Bp.Sholekan,guru agama.
Teman sekelas yang juga dari Asem Cilik adalah Yoto (kini almarhum). Pulang sekolah biasa jalan kaki berdua.
Pada masa kecilku sering makan nasi tiwul , nasi aking (karak),nasi dari walur (umbi sejenis bunga bangkai), nasi sawut,
nasi jagung, nasi jepen (sejenis gandum) dan jarang makan nasi beras tanpa campuran.Biasanya sepulang sekolah saya
mengembala kambing di hutan sekitar rumah. Saya tinggal di magersaren Asem Cilik ini sampai usia 10 tahun, lalu pindah
ke Sluwur , dan sekolah saya pindah ke SDN Sudimoroharjo VI yang ada di Sumberjo dusun Jambi.
Itulah sekilas kisah masa kecilku di magersaren Asem Cilik ( * * * )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Salam soko cah Madiun Selatan kang.....
BalasHapus